Selasa, 11 Juni 2013

Trapped, on the right path -Batalyon Siliwangi-

Dulu, ketika masih duduk di bangku sekolah, pelajaran sejarah itu salah satu pelajaran yang tidak saya acuhkan. Saya selalu tidak bisa "in line" dengan pemikiran orang-orang yang menganggap sejarah itu krusial untuk dipelajari. Bukannya pelajaran sejarah itu membosankan ya? Membahas orang yang sudah tidak ada, membahas gaya hidup yang tidak relevan lagi dengan masa sekarang.

Tapi hari ini saya malah menuliskannya, hahaha. Sesuatu yang dulu saya anggap sepele kini menunjukkan keberartiannya. Membuat saya tidak bisa tidak mengakui pentingnya dia dalam perjalanan sebuah masa. Maka, setelah sampai ke titik ini, saya memutuskan untuk menuliskan sebuah sejarah. Sejarah yang akan membuat perjuangan saya selalu dikenang... Oleh saya sendiri.

Tahun 2006, ketika masih duduk di bangku 2 SMA, seorang kakak mentor rohani di sekolah saya (Sebut saya dia Kak Tulip, hihihi :D ) mengajak saya untuk pergi ke sebuah tempat. "Besok, lw ikut ke PAA* BS yuk Herna." Tanpa bertanya terlebih dulu apa kegiatan saya esok harinya, sepertinya Kak Tulip begitu optimis akan mendengar jawaban "YA" dari mulut saya. Celakanya, kepala saya mengangguk dan mulut saya terucap kata "Iya Ka,". Sepertinya saat itu terjadi unsynchronized pada otak, hati, dan mimik wajah saya.

Gimana besok ya..Harus sok-sok imut sama anak-anak itu. batin saya. Seribu bayangan tentang anak-anak yang grasak-grusuk, lompat sana lompat sini, berisik, nangis, manja memenuhi pikiran saya saat itu. Sambil membayangkan kelakuan anak-anak, saya menikmati "penyesalan" kenapa mengiyakan ajakan ke PAA BS.

Esoknya, seperti yang sudah dijanjikan, saya berangkat juga. Saya diberi instruksi untuk menunggu di sebuah gang sampai Kak Tulip datang. 20 menit menunggu, wajah Kak Tulip muncul dari dalam angkutan umum sambil melambai-lambaikan tangannya mengajak masuk ke angkutan yang sedang ia naiki. Beberapa detik kemudian saya sudah berada di angkutan yang sama menuju TKP (Percaya gak percaya, waktu itu saya bener-bener ngerasa deg-degan, nervous, dan pasrah).

Singkat cerita, sampailah saya ke sebuah tempat yang banyak anak-anaknya! Mereka kecil-kecil, mungkin sekitar kelas 1-3 SD. Ada beberapa anak balita juga disana. Saya berusaha menikmati momen itu. Tidak mudah memang. Saya merasa terjebak. Sungguh-sungguh merasa seperti menjadi korban dari sebuah konspirasi. Entah, harus seperti apa menyebutnya. Mungkin "konspirasi" rencana Sang Mahakuasa dan si destiny yang sudah dipatenkan menjadi milik saya.

Di tengah-tengah perasaan yang campur aduk itu, saya mendengar sebuah percakapan seorang anak dengan Kak Tulip. Percakapan itu mencuri perhatian saya.

"Kak, kita gak usah PAA deh, main kartu aja!", (whatt??)
"Kak, si Andre* gak usah diajak PAA ya." anak itu melanjutkan. "Andre siapa?" tanya Kak Tulip.
"Itu, Andre anaknya Tomi" (again i say, whatt??)

Ini anak-anak kok tingkah laku dan ngomongnya menyeramkan ya? Masa dia ngajak main kartu. Dia gak tau apa ini kakak-kakak mau ngajarin yang bener. Mereka galak gitu? Gak takut apa dia ngajak kita main kartu?!?! Lagipula, dia tau kartu dari mana?
Disini apa biasa ya nyebut nama orang tua pake nama? Gw juga SMP suka ceng-cengan nama orang tua. Tapi itu SMP! Ini mereka masih bocah.

Baru tau saya, di sudut dunia ini, ada sisi kehidupan anak-anak yang begini modelnya. Senakal-nakalnya anak yang pernah saya temui, saya belum pernah melihat anak yang nakalnya "sehancur" ini.

Tampang saya jelas-jelas shocked dan bingung. Kak Tulip sepertinya menangkap ekspresi saya yang berubah. Waktu saya lihat wajahnya, tatapan matanya seakan memberi penjelasan "Maklumin aja ya, beginilah anak-anak di sini."

Hari itu, Kak Tulip mengisi kegiatan PAA dengan mengajari bikin surat cinta untuk orangtua mereka. Kak Tulip membagikan kertas HVS berbagai warna dan pensil warna kepada masing-masing anak. Anak-anak sibuk menuliskan surat cinta untuk orang tua mereka. Sayangnya, sekarang saya sudah lupa apa-apa saja yang mereka tuliskan. Mungkin karena saat itu saya tidak terlalu memperhatikan mereka akibat "childrenlag" :D
Mungkin, kalo saya ingat, saya akan mengenang tulisan-tulisan mereka juga dalam cerita ini :). Hm..tulisan mereka pasti penuh dengan kepolosan, lucu, atau mungkin ada yang akan membuat kepala saya bergeleng. Hah...Saya menyayangkan tidak mengingat hal ini sedikitpun.



Ini pertama kalinya saya melihat sisi lain kehidupan anak-anak. Ini pertama kalinya (hati) saya bersentuhan dengan mereka. Ini pertama kalinya saya memaksa telinga saya mendengar mereka. Ini pertama kalinya saya membiarkan tangan saya memeluk seorang anak yang penuh ingus dengan bau tak sedap. Pertama kali bagi saya ada di tempat seperti ini..

Sepertinya, kali ini saya terjebak.. Terjebak di jalur yang benar.


P.S
PAA adalah singkatan dari Persekutuan Anak-anak. BS adalah singkatan dari Batalyon Siliwangi salah satu pemukiman di daerah cililitan, bekas pemukiman tentara. Beberapa orang mengatakan kehidupan disitu keras karena dulunya pemukiman itu bekas pemukiman tentara.
Akhirnya saya memutuskan untuk terus menjadi relawan pengajar di PAA BS.
Tidak disangka saya bertahan selama 2,5 tahun :D

Kamis, 06 Juni 2013